Inilah Fakta Prancis Perang Ekonomi Pada Rusia – Saat ini dunia memang sedang banyak di buat semakin serius dengan ekonomi yang sedang banyak di bicarakan orang, termasuk dalam ekonomi di Rusia.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menyatakan perang ekonomi dan keuangan habis-habisan melawan Rusia untuk menjatuhkan ekonomi negara itu. Langkah ini sebagai hukuman karena Negara Beruang Merah menyerang Ukraina.
“Kami mengobarkan perang ekonomi dan keuangan habis-habisan di Rusia. Kami akan menyebabkan runtuhnya ekonomi Rusia,” kata Le Maire kepada radio France Info, seperti dilansir Reuters, Selasa (1/3/2022).
1. Tapi bukan perang melawan rakyat Rusia
Dilansir Business Insider, dalam wawancara itu La Maire pun mengatakan, “Kami ingin menargetkan jantung sistem Rusia. Kami akan menargetkan Vladimir Putin. Kami akan menargetkan oligarki. Tapi kami juga akan menargetkan seluruh ekonomi Rusia.”
“Sanksi harus menyerang dengan cepat, menyerang dengan keras, dan kita sudah melihat efeknya. Rubel telah runtuh 30 persen. Cadangan devisa Rusia mencair seperti salju di bawah sinar matahari, dan peti perang terkenal Vladimir Putin telah berkurang hampir tidak ada,” lanjut La Maire.
“Kami akan menyebabkan keruntuhan ekonomi Rusia.”
Meski demikian dalam wawancara dengan kantor berita Prancis AFP, La Maire mengaku dia salah bicara. Dia kemudian menyebut istilah perang bukanlah kata yang tepat.
“Kami tidak sedang berperang melawan rakyat Rusia,” ujarnya. Dia mengatakan istilah perang economy news tidak sesuai dengan upaya Prancis untuk meredakan ketegangan seputar konflik Ukraina.
2. La Maire sebut sanksi keuangan sangat efektif
Amerika Serikat dan sekutunya telah memberlakukan sanksi terhadap bank sentral Rusia, oligarki dan pejabat, termasuk Presiden Vladimir Putin sendiri. Sanksi itu juga berupa pelarangan beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menggambarkan paket sanksi itu terbukti sangat efektif.
Dalam hitungan minggu, kondisi perekonomian Rusia karut marut. Pasar tidak dapat diinvestasikan dengan bank sentral dilumpuhkan oleh sanksi, mata uang rubel anjlok 30 persen pada Senin, suku bunga acuan dinaikkan lebih dari dua kali lipat hingga 20 persen.
Bank-bank besar diblokir dari sistem pembayaran internasional dan kontrol modal yang menghambat aliran uang. Di berbagai daerah, terlihat antrean panjang warga di ATM untuk menarik uang asing.
3. Pejabat tinggi Rusia balik ancam Prancis dengan “perang nyata”
Pernyataan awal Le Maire mengundang reaksi marah dari mantan presiden dan perdana menteri Rusia, Dmitry Medvedev, yang sekarang menjadi wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia. Medvedev pun mengancam Prancis dengan “perang nyata”, dilansir Business Insider.
“Seorang menteri Prancis mengatakan hari ini bahwa mereka telat menyatakan perang ekonomi terhadap kita. Jaga lidahmu, Tuan-tuan! Dan jangan lupa bahwa dalam sejarah manusia, perang ekonomi cukup sering berubah menjadi perang nyata,” cuit Medvedev.
Pada hari Selasa, Rusia mengatakan sedang menempatkan pembatasan sementara pada orang asing yang ingin keluar dari aset Rusia. Hal itu sebagai upaya mengerem laju eksodus investor yang didorong oleh sanksi.